Teknologi Pertanian


Saat ini teknologi telah banyak mengambil peranan penting dalam menjalankan suatu usaha atau bisnis baik bidang industri maupun pertanian. Teknologi dapat diartikan sebagai mesin penggerak pertumbuhan melalui industri. Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni.

Apa itu Teknologi Pertanian?
Teknologi pertanian merupakan penerapan prinsip-prinsip matematika dan ilmu pengetahuan alam dalam rangka pendayagunaan secara ekonomis sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk kesejahteraan manusia. Falsafahnya teknologi pertanian merupakan praktik-empirik yang bersifat pragmatik finalistik, dilandasi paham mekanistik-vitalistik dengan penekanan pada objek formal kerekayasaan dalam pembuatan dan penerapan peralatan, bangunan, lingkungan, sistem produksi serta pengolahan dan pengamanan hasil produksi. Objek formal dalam ilmu pertanian budidaya reproduksi berada dalam fokus budidaya, pemeliharaan, pemungutan hasil dari flora dan fauna, peningkatan mutu hasil panen yang diperoleh, penanganan, pengolahan dan pengamanan serta pemasaran hasil. Oleh sebab itu, secara luas cakupan teknologi pertanian meliputi berbagai penerapan ilmu teknik pada cakupan objek formal dari budidaya sampai pemasaran.
Bidang teknologi pertanian secara keilmuan merupakan hibrida dari ilmu teknik dan ilmu pertanian. Sejarah lahirnya ilmu-ilmu dalam lingkup teknologi pertanian dipicu oleh kebutuhan untuk pemenuhan pembukaan dan pengerjaan lahan pertanian secara luas di Amerika Serikat maupun Eropa pada pertengahan abad ke-18. Perkembangan pendidikan tinggi teknologi pertanian di Indonesia yang dimulai awal tahun 1960-an tidak terlepas dari perkembangan pendidikan tinggi teknik dan dan pertanian sejak zaman pendudukan Belanda yang memang secara historis meletakkan dasarnya di Indonesia. Perang dunia I yang terjadi di Eropa telah menyebabkan gangguan hubungan internasional, armada sulit untuk masuk ke Samudra Hindia sehingga tenaga-tenaga ahli yang sebelumnya banyak didatangkan dari Eropa mengalami kesulitan. Pencetakan tenaga ahli teknik menengah dan tinggi (baik untuk bidang teknik dan pertanian) menjadi kebutuhan oleh pemerintah Hindia Belanda pada waktu pendudukan di Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan tenaga terampil bidang pertanian, peternakan dan perkebunan yang secara intensif dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda di Jawa dan Sumatra dalam program cultur stelseels pada awal abad ke-19. Untuk pemenuhan kebutuhan tersebut, maka di Bogor (Buitenzorg) didirikan beberapa lembaga pendidikan menengah untuk bidang pertanian dan kedokteran hewan, yakni Middlebare Landbouw Schooll, Middlebare Bosbouw Schooll dan Nederlandssch Indische Veerleeen Schooll.
Teknologi pertanian dihadapkan pada tantangan untuk mampu mengembangkan produk pangan ditengah masalah perubahan iklim yang ekstrim seperti sulitnya kontrol air dan lahan pertanian yang terus berkurang sekitar 5-10 juta hektar setiap tahun. Namun di Afrika, Amerika Latin dan Asia Tengah ada lahan yang potensial untuk pengembangan pertanian. Dirjen FAO Jacques Diou menyatakan “Pemerintah dan para petani juga harus bisa menghadapi pengaruh perubahan iklim terhadap pertanian. Jika temperatur naik lebih dari 3 derajad, maka hasil panen bisa turun sekitar 20-40% di Afrika, Asia dan Amerika Latin”. Indonesia yang saat ini juga menjadi pengimpor beras terbesar dari Vietnam harus waspada terhadap kemungkinan melonjaknya harga pangan yang diluar batas kemampuan pemerintah, sementara kita tidak mampu memproduksi sendiri dalam jumlah yang cukup, bahkan tidak memiliki stok beras yang cukup akibatnya penduduk akan mengalami kelaparan, angka kemiskinan dapat meningkat tajam dan stabilitas politik yang kacau seperti kerusuhan Mozambique karena pemerintah dinilai tidak mampu menjaga harga pangan sehingga tidak terbeli lagi oleh rakyat. Belum lama ini saja produsen beras Vietnam telah menaikan harga beras kualitas rendahnya dari $465 per ton menjadi $495 per ton. Dalam sebuah pertemuan luar biasa di Roma pada 24 September 2010 Badan Pangan Dunia (FAO) juga telah menghimbau negara-negara di dunia untuk memikirkan aturan baru di pasar pangan dan menjaga persediaan bahan pangan dan FAO mengingatkan bahwa di masa depan harga pangan dunia akan semakin sulit dikendalikan. Dari peristiwa yang terjadi di lapangan dapat diketahui bahwa teknologi pertanian sangat penting untuk dikembangkan karena berhubungan dengan kelangsungan hidup manusia dan pertumbuhan ekonomi (bisnis) yang sehat.

Apa yang dimaksud dengan Teknologi Pertanian, Teknik Pertanian, Teknologi Hasil Pertanian dan Teknologi Industri Pertanian?
a. Teknologi Pertanian
Teknologi pertanian merupakan penerapan prinsip-prinsip matematika dan ilmu pengetahuan alam dalam rangka pendayagunaan secara ekonomis sumberdaya pertanian dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan manusia. Falsafahnya teknologi pertanian merupakan praktik-empirik yang bersifat pragmatik finalistik, dilandasi paham mekanistik-vitalistik dengan penekanan pada objek formal kerekayasaan dalam pembuatan dan penerapan peralatan, bangunan, lingkungan, sistem produksi serta pengolahan dan pengamanan hasil produksi. Objek formal dalam ilmu pertanian budidaya reproduksi berada dalam fokus budidaya, pemeliharaan, pemungutan hasil dari flora dan fauna, peningkatan mutu hasil panen yang diperoleh, penanganan, pengolahan dan pengamanan serta pemasaran hasil. Oleh sebab itu, secara luas cakupan teknologi pertanian meliputi berbagai penerapan ilmu teknik pada cakupan objek formal dari budidaya sampai pemasaran.

b. Teknik Pertanian
Teknik pertanian merupakan pendekatan teknik (engineering) secara luas dalam bidang pertanian yang sangat dibutuhkan untuk melakukan transformasi sumber daya alam secara efisien dan efektif untuk pemanfaatannya oleh manusia. Dengan demikian dalam sistematika keilmuan, bidang teknik pertanian tetap bertumpu pada bidang ilmu teknik untuk memecahkan berbagai permasalahan dibidang pertanian. Terminologi teknik pertanian sebagai padanan Agricultural Engineering diperkenalkan di Indonesia pada paruh 1990-an. Sebelumnya terminologi yang digunakan lebih sempit, yaitu mekanisasi pertanian yang diadopsi dari Agricultural Mechanization, sejak awal 1990-an bersamaan dengan pengenalan dan penggunaan traktor untuk program intensifikasi pertanian.

Bidang cakupan teknik pertanian antara lain adalah sebagai berikut alat dan mesin budidaya pertanian, mempelajari penggunaan, pemeliharaan dan pengembangan alat dan mesin budidaya pertanian. Teknik tanah dan air, menelaah persoalan yang berhubungan dengan irigasi, pengawetan dan pelestarian sumberdaya tanah dan air. Energi dan Elektrifikasi Pertanian, mencakup prinsip-prinsip teknologi energi dan daya serta penerapannya dalam kegiatan pertanian. Lingkugan dan bangunan pertanian, mencakup masalah yang berkaitan dengan perencanaan dan konstruksi bangunan khusus untuk keperluan pertanian, termasuk unit penyimpanan tanaman dan peralatan, pusat pengolahan dan sistem pengendalian iklim serta sesuai keadaan lingkungan. Teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian, penggunaan mesin untuk menyiapkan hasil pertanian, baik untuk disimpan atau digunakan sebagai bahan pangan atau penggunan lainnya.

Perkembangan ilmu sistem pada tahun 1980-an memberikan imbas pada bidang teknik pertanian, dengan berkembangnya ranah sistem dan manajemen mekanisasi pertanian, yang merupakan penerapan manajamen dan analisis sistem untuk penerapan mekanisasi pertanian. Perkembangan berikutnya, pada abad ke-20 menuju abad ke-21 berkaitan denga ilmu komputasi, teknologi pembantu otak dan otot lewat sistem kontrol, sistem pakar, kecerdasan buatan berupa penerapan robot pada sistem pertanian, menjadikan teknik pertanian berkembang menjadi sistem teknik pertanian (Agricultural System Engineering). Objek formal yang berupa kegiatan reproduksi flora dan fauna serta biota akuatik didekati lebih luas lagi sebagai sistem hayati/biologis dengan orientasi pemecahan masalah pertanian secara holistik. Dalam pendekatan ini sumberdaya hayati berupa mikroba/mikroorganisme turut dijadikan objek formal dalam produksi dan peningkatan biomassa. Di beberapa perguruan tinggi di Amerika dan Jepang, program studi atau departemen yang dulu bernama Teknik Pertanian, kini berganti dengan nama Teknik Sistem Biologis (Biological System Engineering).

 c. Teknologi  Hasil Pertanian
Bidang Keahlian (BK) Teknologi Hasil Pertanian lahir sekitar awal tahun sembilan belas enam-puluhan, diawali oleh Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada UGM sejak 1963, setahun kemudian (1964) menyusul Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian (Fatemeta) Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan Jurusan (dulu Departemen) THP. Sejak itu, banyak sarjana THP telah dihasilkan oleh UGM, IPB dan perguruan tinggi lainnya seperti Universitas Brawijaya, Malang, Universitas Andalas, Padang, dll. Pada tahun 1980 Program Studi (PS) THP IPB facing out dan berkembang menjadi dua program studi, yaitu PS Teknologi Pangan dan Gizi (TPG) dan PS Teknologi Industri Pertanian (TIN), karena keduanya berada di bawah Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta). Salah satu alasan pengembangan THP menjadi dua jurusan itu karena BK THP kurang tegas terkait dengan industri pertanian. Hal itu penting karena pada era itu sedang digalakkan industrialisasi di semua sektor, termasuk sektor pertanian. THP adalah jembatan antara sektor industri dan sektor pertanian yang kini populer dengan nama agroindustri. Walaupun PS THP kini tiada lagi di IPB, namun di berbagai perguruan tinggi lain yang memiliki program studi itu tetap berjalan dan tetap menghasilkan Sarjana THP atau pun Sarjana Teknologi Pertanian dengan Minat Utama (Major) Pengolahan Hasil Pertanian.               
Bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan primer manusia, sangat intensif dijadikan kajian sebagai objek formal ilmu teknik dan ditopang dengan tuntutan industri, terutama di negara maju. Kondisi ini melahirkan cabang bidang ilmu teknologi pangan yang merupakan penerapan ilmu-ilmu dasar (kimia, fisika dan mikrobiologi) serta prinsip-prinsip teknik (engineering), ekonomi dan manajemen pada seluruh mata rantai penggarapan bahan pangan dari sejak pemanenan sampai menjadi hidangan. Teknologi pangan merupakan penerapan ilmu dan teknik pada penelitian, produksi, pengolahan, distribusi, penyimpanan pangan berikut pemanfaatannya. Ilmu terapan yang menjadi landasan pengembangan teknologi pangan meliputi ilmu pangan, kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan dan teknik proses. Ilmu pangan merupakan penerapan dasar-dasar biologi, kimia, fisika dan teknik dalam mempelajari sifat-sifat bahan pangan, penyebab kerusakan pangan dan prinsip-prinsip yang mendasari pegolahan pangan.

d. Teknologi Industri Pertanian
Teknologi Industri Pertanian didefinisikan sebagai disiplin ilmu terapan yang menitikberatkan pada perencanaan, perancangan, pengembangan, evaluasi suatu sistem terpadu (meliputi manusia, bahan, informasi, peralatan dan energi) pada kegiatan agroindustri untuk mencapai kinerja (efisiensi dan efektivitas) yang optimal. Disiplin ini menerapkan matematika, fisika, kimia/biokimia, ilmu-ilmu sosial ekonomi, prinsip-prinsip dan metodologi dalam menganalisis dan merancang agar mampu memperkirakan dan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari sistem terpadu agroindustri. Sebagai paduan dari dua disiplin, teknik proses dan teknik industri dengan objek formalnya adalah pendayagunaan hasil pertanian.

Teknologi Industri Pertanian memiliki bidang kajian sebagai berikut :
1. Sistem teknologi proses industri pertanian, kegiatan pertanian yang berkaitan dengan perencanaan, instalasi dan perbaikan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bahan, sumberdaya, peraltan dan energi pada pabrik agroindustri.
2. Manajemen industri, kajian yang berkaitan dengan perencanaan, pengoperasian dan perbaikan suatu sistem terpadu pada permasalahan sistem usaha agroindustri.
3. Teknoekonomi agroindustri, kajian yang berkaitan dengan perencanaan, analisis dan perumusan kebijakan suatu sistem terpadu pada permasalahan sektor agroindustri.
4.  Manajemen mutu, penerapan prinsip-prinsip manajemen (perencanaan, penerapan dan perbaikan) pada bahan (dasar, baku), sistem proses, produk, dan lingkungan untuk mencapai taraf mutu yang ditetapkan.

Kegiatan hilir dari pertanian berupa penanganan, pengolahan, distribusi dan pemasaran yang semula secara sederhana dan tercakup dalam teknologi hasil pertanian, berkembang menjadi lebih luas dengan pendekatan dari sistem Industri.

Ruang Lingkup Teknologi Hasil Pertanian

Bidang Keahlian THP merupakan pengembangan dari bidang keahlian yang semula dikenal dengan nama Pengolahan Hasil Pertanian (PHP). Kata ‘Peng-olahan’ dirasakan sempit dan kurang tepat, sehingga diganti dengan kata ‘Teknologi’ yang antara lain mencakup juga pengolahan. Persepsi lingkup THP memperoleh konsensus pada pertemuan/Lokakarya THP tahun 1978 di IPB Bogor. Secara umum lingkup bidang THP meliputi tiga ranah penting, yaitu kegiatan penanganan, peng-amanan dan pengolahan hasil pertanian. Perbedaan prinsip antara penanganan dan pengamanan hanya terletak pada sifat kegiatan masing-masing. Kegiatan ‘penanganan’ bersifat relatif lebih proaktif, sementara kegiatan ‘pengamanan’ relatif lebih pasif-protektif. Mengumpulkan, menumpuk, mengopek (membuang bagian tidak diperlukan), membersihkan, memilah, menimbang, mewadahi, mengikat, memuat dan membongkar atau memindahkan tergolong kegiatan ‘penanganan’, sedangkan membungkus, mengemas, melindungi dan menyimpan merupakan kegiatan ‘pengamanan’.

 Perbedaan kegiatan penanganan dan pengolahan terutama terletak pada sifat hasil operasi/kegiatan masing-masing. Keluaran kegiatan ‘penanganan’ sedikit banyak relatif masih memiliki bentuk/sifat/karakter bahan (komodits pertanian) semula atau dengan kata lain hanya mengalami perubahan sifat yang tidak drastis atau radikal, sementara kegiatan ‘pengolahan’ memberikan keluaran atau produk yang memiliki sifat jauh berbeda dengan bahan semula, atau bentuk/sifat/karakter semula berubah secara drastis atau radikal. Contoh: kegiatan dari panen padi (basah) sampai menjadi gabah kering dan bersih tergolong kegiatan ‘penanganan; sedangkan kegiatan menggiling gabah menjadi beras putih tergolong ‘pengolahan’. Sebagian menganggap kegiatan dari panen sampai menjadi beras masih tergolong kegiatan ‘penanganan’, dan baru jika beras itu dijadikan tepung beras, atau produk serealia lain yang berbentuk/sifat jauh berbeda dengan bentuk/sifat semula tergolong ‘pengolahan’

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Tolong berikan komentar yang baik dan sopan serta jangan SPAM!