PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI (Rice Bran)

PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI (Rice Bran)



Dalam proses penggilingan padi menjadi beras giling, diperoleh hasil samping berupa sekam (15-20%), yaitu bagian pembungkus/ kulit luar biji, dedak/ bekatul (8-12%) yang merupakan kulit ari, dihasilkan dari proses penyosohan, dan menir (±5%) merupakan bagian beras yang hancur. Minyak dedak atau lebih dikenal dengan rice bran oil merupakan minyak hasil ekstraksi dedak padi. Minyak dedak dapat dikonsumsi dan mengandung vitamin, antioksidan serta nutrisi yang diperlukan tubuh manusia. Minyak dedak mengandung beberapa jenis lemak, yaitu 47% lemak monounsaturated, 33% polyunsaturated, dan 20% saturated, serta asam lemak yaitu asam oleat 38,4%, linoleat 34,4%, linolenat 2,2%, palmitat 21,5%, dan stearat 2,9%.

Proses pembuatan minyak masih banyak menggunakan cara-cara konvensional yaitu dengan cara pemanasan seperti proses pembuatan minyak goreng (minyak kelapa atau minyak sawit), walaupun ada cara lain yaitu dengan cara pancingan yang digunakan dalam proses pembuatan VCO, maka perlu dilakukan proses pembuatan Rice Bran Oil dengan menggunakan jasa mikrobia khususnya ragi, dengan harapan kualitas dan kuantitas Rice Bran Oil yang diperoleh akan lebih baik.

Pengolahan minyak dedak meliputi dua factor penting yaitu stabilisasi dan ekstraksi. Stabilisasi bertujuan untuk menghancurkan enzim lipase yang ada dalam dedak sehingga rendemen minyak meningkat dan kadar asam lemak bebas menurun.. Stabilisasi dapat dilakukan secara kimiawi atau menggunakan panas. Stabilisasi dengan panas menyebabkan enzim lipase dalam dedak terdeaktivasi pada suhu 100-120oC dalam waktu beberapa menit. Pemanasan dilakukan dengan injeksi uap panas, kontak dengan udara panas, pemanggangan atau pemasakan ekstrusif. Kandungan minyak dedak pada bekatul mencapai 10-13 persen dengan kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi (80%). Hasil samping berupa bekatul mempunyai nilai guna dan ekonomi yang baik jika ditangani dengan benar, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dalam system agroindustri padi di pedesaan. Salah satu caranya adalah dengan diisolasi minyaknya, sehingga dapat digunakan untuk minyak goreng maupun minyak kesehatan.

Dari minyak dedak padi dapat kita manfaatkan lebih lanjut menjadi biodiesel. Biodiesel merupakan monoalkil ester dari asam-asam lemak rantai panjang yang terkandung dalam minyak nabati atau lemak hewani untuk digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel. Biodiesel dapat diperoleh melalui reaksi transesterikasi trigliserida dan atau reaksi esterifikasi asam lemak bebas tergantung dari kualitas minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku. Transesterifikasi adalah proses yang mereaksikan trigliserida dalam minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol rantai pendek seperti methanol atau etanol (pada saat ini sebagian besar produksi biodiesel menggunakan metanol) menghasilkan metal ester asam lemak (Fatty Acids Methyl Esters / FAME) atau biodiesel dan gliserol (gliserin) sebagai produk samping. Katalis yang digunakan pada proses transeterifikasi adalah basa/alkali, biasanya digunakan natrium hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida (KOH). Esterifikasi adalah proses yang mereaksikan asam lemak bebas (FFA) dengan alkohol rantai pendek (metanol atau etanol) menghasilkan metil ester asam lemak (FAME) dan air. Katalis yang digunakan untuk reaksi esterifikasi adalah asam, biasanya asam sulfat (H2SO4) atau asam fosfat (H2PO4).

Alat yang digunakan dalam pembuatan Biodiesel dari minyak dedak padi adalah neraca analitik AND GR-200, thermometer skala 100 C, 1 set alat refluks, 1 set alat sokletasi, 1 set alat distilasi, buret, botol sampel, pipet volum, pompa vakum, saringan 100 mesh, GC 6820 System model (G 1176 A) dan GS-MS SHIMIDZU QP- 2010S.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan minyak dedak beras adalah dedak padi, n-Heksana teknis, kertas methanol P.A. (E. Merk), Na2SO4.

Berikut proses pembuatan Produksi Biodiesel Dari Dedak Padi (Rice Bran):
1. Disiapkan sebanyak 10 gram dedak padi.
2. Dimasukkan kedalam labu leher dua dan dicampur dengan methanol 99% sebanyak 150mL dan katalis H2SO4 95-98% sebanyak 1mL ke dalam labu reaksi.
3. Campuran direaksikan pada suhu 600C dan suhu dijaga agar tetap konstan, sambil diaduk dengan magnetic stirrer.
4. Sampel diambil setiap selang waktu 30, 60, dan 90 menit.
5. Sampel yang telah diambil, disaring untuk memisahkan residu dedak padi dengan fase cair (Minyak kasar dedak padi).
6. Fase cair (Minyak kasar dedak padi) yang diperoleh kemudian ditambah Na2SO4 untuk menghilangkan kandungan air.
7. Kemudian Fase cair (Minyak kasar dedak padi) dianalisis kandungan asam lemak bebasnya.
8. Hasil esterifikasi in­situ pada saat mencapai suhu 600C 5mL KOH 5N (dalam metanol) ditambahkan kedalam labu reaksi.
9. Setelah 30 menit bereaksi, campuran hasil reaksi didinginkan selama 10 menit untuk menghentikan reaksi.
10. Hasil reaksi dipisahkan menggunakan pompa vakum untuk memisahkan antara fase cair dan fase padatan.
11. Fase cair (Minyak kasar dedak padi) yang diperoleh didistilasi untuk recovery metanol.
12. Residu dari proses distilasi yang mengandung FAME (Fatty Acid Methyl Ester) diekstrak menggunakan n-heksana teknis (3 x 50 mL).
13. Kumpulan dari fase organik yang terbentuk (lapisan atas) dicuci menggunakan aquades hangat sebanyak 50 mL dan dilakukan berulang-ulang sampai pH netral.
14. Fase organic yang telah dicuci kemudian didistilasi untuk recovery n-heksana sehingga dapat digunakan kembali. Memasukkan dalam oven pada suhu 800C untuk menghilangkan sisa n-heksana dan air

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Tolong berikan komentar yang baik dan sopan serta jangan SPAM!