Makalah Teori Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat dengan judul potensi corybacterium dalam pengendalian penyakit hawar daun


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan “Makalah Teori Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat dengan judul potensi corybacterium dalam pengendalian penyakit hawar daun”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing dan memberi pengarahan kepada kami dalam pembuatan makalah serta memberi motivasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Tidak lupa pula buat seluruh teman-teman yang telah banyak membantu penulisan didalam penyelesaian makalah ini, yang tidak dapat saya sebut satu-persatu. Tidak ada yang pantas diberikan, selain balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.
Kami menyadari bahwa makalah kami ini banyak kekurangannya, maka dari itu kami berharap kritikan atau masukan yang membangun agar makalah ini lebih baik lagi kedepannya. Semoga makalah yang kami buat ini berguna untuk masa yang akan datang.



                                                                          Pekanbaru, Oktober  2013




                                                                                          Penulis



DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR    ......................................................................................     i  
DAFTAR ISI   .....................................................................................................    ii

I.    PENDAHULUAN    .....................................................................................     1
      1.1.  Latar Belakang   .....................................................................................     1
      1.2.  Tujuan   ...................................................................................................    1
II.      TINJAUAN PUSTAKA   .............................................................................2
      2.1. Penyakit hawar daun   .............................................................................     3
      2.2. Bacteri Corynebacterium   .......................................................................     6
III.   PEMBAHASAN   .........................................................................................     7
3.1  Corynebacterium sebagai agen hayati   ...................................................     7
3.2 Pemanfaatan corynebacterium dalam pengendalian.................................     10   
IV. PENUTUP......................................................................................................    11
      4.1. Kesimpulan   ............................................................................................     11
      4.2.  Saran   .....................................................................................................     11

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................     12



 
I. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Salah satu penyakit yang sering menyerang pertanaman padi adalah penyakit Hawar Daun Bakteri (BLB) atau disebut penyakit Kresek.Penyakit ini termasuk   salah  satu penyakit utama padi. Secara ekonomis penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup   tinggi, terutama  pada   musim hujan, mencapai 20,6-35,6%, sedangkan pada  musim kemarau dapat  mencapai7,5-23,8% (Suparyono et al, dalamBBPOPT 2007).
Penyebab penyakit hawar daun bakteri   yang   sering   disebut   penyakit kresek adalah bakteri pathogen Xanthomonas campestris pv oryzae, penyakit  ini  termasuk  salah  satu penyakit yang paling merugikan pada tanaman padi. Secara ekonomis penyakit ini cukup penting karena kehilangan hasilnya cukup besar, hal ini karena kondisi pertanian di daerah tropis yang panas dan lembab, sehingga perkembangan penyakit lebih optimal (Semangun,2000).
Pengendalian Hawar Daun Bakteri (HDB) dapat dijadikan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas padi. Pada saat ini upaya pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman masih mengandalkan penggunaan pestisida sebagai upaya pengendalian utama.Kenyataannya menunjukkan bahwa upaya pengendalian secara kimiawi  bukan  merupakan  alternatif yang terbaik, karena sifat racun yang terdapat dalam senyawa tersebut dapat meracuni manusia, ternak piaraan, serangga penyerbuk, musuh alami, tanaman,  serta  lingkungan  sehingga dapat menimbulkan pengaruh negative selain yang penggunaan senyawa kimia yang berlebihan dan terus menerus membuat hama dan penyakit menjadi resisten.
Untuk  meningkatkan  efisiensi dan efektivitas pengendalian, serta untuk membatasi  pencemaran  lingkungan maka kebijakan pengendalian secara konvensional diubah menjadi kebijakan pengendalian hama berdasarkan prinsip PHT.
Salah satu upaya pengendalian penyakit ini salah satunya dengan pemanfaatan agensia hayati Corynebacterium.Bakteri Corynebacterium sp. yang merupakan    salah    satu    agens    hayati bersifat    antagonis    (agens    antagonis) yang dapat  mengendalikan beberapa jenis OPT utamanya terhadap penyakit kresek pada tanaman padi yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah mengetahui Potensi   Corynebacterium sebagai agen hayati dalam pengendalian penyakit hawar daun pada tanaman padi.
 
 
II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1.  Penyakit Hawar Daun
Bakteri  ini  digolongkan  dalam gram negatif dimana akan kehilangan warna ungu kristal ketika dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat warna safranin  sel  bakteri  akan menyerap warna merah sehingga bakteri tampak berwarna merah (Pelczar dalam Banjarnahor 2010).
Bakteri   Xanthomonas   campestris pv. oryzae Dye. berbentuk batang pendek berukuran (1-2) x (0,8-1) m , di ujungnya mempunyai    satu    flagela    polar    yang berukuran 6-8 m dan berfungsi sebagai alat bergerak. Bakteri ini bersifat aerob, gram    negatif    dan    tidak    membentuk spora.  Di  atas  media  PDA  bakteri  inimembentuk koloni bulat cembung yang
berwarna kuning keputihan sampai kuning kecoklatan dan mempunyai permukaan yang licin (Semangun 2000).
Bakteri  ini  terutama  terdapat dalam berkas-berkas pembuluh. Kalau daun yang sakit dipotong dan diletakkan di dalam ruangan yang lembab, dari berkas  pembuluhnya  akan  mengalir lendir kekuningan yang mengandung jutaan bakteri (ooze) (Prakoso 2011).


2.1.1 Gejala Penyakit Hawar Daun
Bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae menginfeksi daun padi melalui hidatoda atau luka (Kerr 1980) dalam Hery (1990). Di pembibitan gejala pertama tampak berupa bercak bercak kecil  kebasahan  pada  pinggir  daun. Bercak kemudian membesar, daun menguning dan kering dengan cepat. Di pertanaman, gejala awal tampak sebagai garis garis kebasahan kemudian bercak membesar baik lebar maupun panjangya dengan tepi bercak bergelombang dan daun menguning dalam beberapa hari. Batas  antara  bercak  dan  bagian  yang sehat  tampak  kebasahan.
Walaupun gejala awal sering dimulai dari tepi daun, tetapi bercak dapat juga terjadi pada bagian tengah daun asalkan ada luka. De Datta (1981) mengemukakan bahwa gejala X. oryzae di daerah tropik dapat dibedakan atas tiga tipe, yaitu gejala kresek, gejala leaf blight dan gejala kuning  muda.  Gejala  kresek  dan  leaf  bligt adalah gejala utama dari infeksi X. oryzae, sedangkan gejala kuning sebagai gejala sekunder. Infeksi pada pembibitan menyebabkan bibit menjadi kering.
Bakteri  menginfeksi  masuk  melalui sistem vaskular tanaman padi pada saat pindah tanam atau pada saat dicabut dari tempat pembibitan sehingga akarnya rusak, atau sewaktu terajadi kerusakan daun.
Apabila sel bakteri masuk menginfeksi  tanaman padi melalui akar dan pangkal batang, tanaman akan menunjukkkan gejala kresek. Seluruh daun dan bagian lainnya akan menjadi kering. Infeksi juga dapat terjadi mulai pada fase persemaian sampai fase pembentukan anakan. Sumber infeksi dapat   berasal   dari   jerami   yang   telah terinfeksi, tunggul jerami, sisa tanaman yang terinfeksi, benih dan gulma inang. Sel sel bakteri membentuk butir butir embun  pada  pagi  hari  yang  mengeras dan melekat pada permukaan (Banjarnahor 2010).
Bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae  penyebab  penyakit  hawar  daun bakteri dapat menginfeksi tanaman padi mulai   dari   pembibitan   sampai   panen. Ada dua macam gejala penyakit hawar daun  bakteri  yaitu  :  gejala  yang terjadi pada tanaman muda kurang dari 30 hari setelah tanam disebut gejala kresek sedangkan gejala yang timbul setelah tanaman mencapai stadia anakan sampai pemasakan  disebut  hawar  (blight). Kresek merupakan gejala yang paling merusak, sedangkan gejala yang paling umum dijumpai adalah hawar (Triny et al. 2011).Gejala penyakit HDB pada tanaman di persemaian, biasanya dicirikan dengan warna  menguning  pada tepi  daun  yang tidak mudah diamati.
Gejala yang ditemukan pada    fase pertumbuhan anakan sampai fase pemasakan adalah gejala hawar (water stoaked) sampai berupa garis kekuningan pada daun bendera. Gejala mulai tampak pada ujung daun kemudian bertambah lebar, sampai menyebabkan pinggiran daun berombak. Selain itu ditemukan juga eksudat bakteri berwarna putih atau berupa tetes embun pada daun muda dan terjadi pada pagi hari.
Pada stadia penyakit lebih lanjut, berubah warna menjadi kuning memutih. Selanjutnya pada daun yang terinfeksi parah, warna daun cenderung berubah menjadi   abu      abu   disertai   dengan muncul   jamur   saprofit   (Triny   et   al.2011).
Pada varietas   yang   peka   gejala kresek  akan  muncul  pada  pertanaman muda,tanaman     menjadi     layu    dan akhirnya mati. Pada permukaan bawah daun bercak yang masih muda, terdapat tetesan  cairan  (bakteriooze)  berwarna kekuning-kuningan mudah diamati pada pagi hari. Apabila diamati di bawah mikroskop, koloni bakteri akan keluar dari tepi irisan daun yang bergejala. Pada varietas  peka  gejala  dapat  berkembang sampai     ke     arah     pelepah     tanaman
(BBPOPT 2007).

2.1.2 Daur Penyakit
Bakteri masuk melalui hidatoda, kemudian bakteri berkembang biak di dalam epitheme dan menyerang jaringan pembuluh  hingga  menimbulkan penyakit. Pada tanaman muda bakteri sering dapat masuk ke dalam daun melalui   stomata   dan   berkembang   di dalam ruang intraselular dari parenkim tanpa menimbulkan gejala. Cara masuk lainnya   adalah   melalui   luka   mekanis yang sering terjadi pada daun dan akar (Ou dalam Manik 2011).
Pemicu serangan HDB dapat disebabkan oleh faktor iklim. Seperti musim pancaroba atau peralihan musim kemarau ke musim penghujan atau sebaliknya. Pada pancaroba terjadi kelembaban pada struktur tanah yang memudahkan  bakteri   untuk berkembang. Pemakaian pupuk N yang berlebihan juga dapat menyebabkan munculnya serangan HDB karena kelebihan  N  dapat  mematahkan system ketahanan  pada  tanaman  (BPP  Paiton ,2011).Bakteri terutama mengadakan infeksi   melalui   luka-luka   pada   daunkarena   biasanya   bibit   padi   dipotong ujungnya sebelum ditanam.  Bakteri juga dapat   menginfeksi   melalui   luka   pada akar   akibat   dari   pencabutan, infeksi terjadi pada    saat    penanaman    atau beberapa   hari   sesudahnya. Bahkan sudah  diketahui  bahwa  luka  pada  akar dapat  terinfeksi  bakteri.
Bakteri  juga dapat  mengadakan  infeksi  melalui  pori air  yang  terdapat  pada  daun,  melalui luka-luka yang terjadi karena daun yang bergesekan,dan     melalui  luka-luka karena serangga. Perkembangan bakteri di pertanaman tersebar melalui hujan yang  berangin  sehingga  penyebarannya cepat,disini angin tidak  hanya menyebarkan  bakteri,      tetap juga menyebabakan terjadinya  luka-luka karena gesekan antaram daun     padi(semangun 2000).

2.2 BAKTERI CORYNEBACTERIUM SP.
Corynebacterium merupakan bakteri antagonis yang secara morfologis dapat dikenali dari bentuk elevasi cembung, berbentuk batang dan jenis gram positif, koloninya berwarna putih kotor   dan   dibawah   lampu   ultraviolet tidak bereaksi (BPTPH 2011).
Bentuk bakteri Corynebacterium adalah berbentuk batang lurus sampai agak  sedikit  membengkok  dengan ukuran 0,5 0,9 X 1,5 – 4 μm. Kadang – kadang mempunyai segmen berwarna dengan  bentuk  yang tidak menentu tetapi ada juga yang berbentuk gada yang membengkak. Bakteri ini umumnya tidak bergerak, tetapi beberapa spesiesnya ada yang  bergerak  dengan  rata   rata  dua bulu cambuk polar (Agrios 1997).
Bakteri Corynebacterium termasuk bakteri    gram    positif    karena    dengan pewarnaan   diferensial   dengan   larutan ungu kristal, sel bakteri berwarna ungu,tetapi     ketika     ditambahkan     larutan safranin  warna  merah  sel  bakteri  tidak menyerap    larutan    safranin    sehingga tetap   berwarna   ungu.      Bakteri   gram positif    pada    umumnya    bersifat    non patogenik  (Pelczar  dalam  Banjarnahor,2010).


III. PEMBAHASAN


3.1 Corynebacterium sebagai agens pengendali hayati

Pemanfaatan bakteri Corynebacterium di bidang pertanian yaitu dengan penerapan system pengendalian  hama  terpadu  (PHT) dengan cara memaksimalkan penerapan berbagai metode pengendalian hama secara komprihensif dan mengurangi penggunaan pestisida.
Salah satu komponen PHT tersebut adalah pengendalian hayati dengan memanfaatkan bakteri antagonis sebagai pengganti  pestisida, hal  ini  terbukti efektif pada beberapa jenis bakteri potensial  yang  digunakan  sebagai agensia  hayati.
Bakteri   bakteri antagonis ini dapat menghasilkan antibiotik dan siderofor juga bisa berperan sebagai kompetitor terhadap unsur hara bagi patogen tanaman, pemanfaatan bakteri bakteri antagonis ini dimasa depan akan menjadi salah satu pilihan bijak dalam usaha meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian hayati untuk menunjang budidaya pertanian berkelanjutan (Hasanuddin dalam Manik 2011).
Bakteri  antagonis  adalah  jasad renik            (mikroorganisme)            yang mengintervensi        kegiatan        patogen
penyebab  penyakit  pada  tumbuhan. Pada dasarnya terdapat 3 mekanisme antagonis dari bakteri yaitu :
1.  Hiperparasitisme    :    terjadi    apabila organism antagonis me memparasit organism parasit(pathogen tumbuhan.
2. Kompetisi ruang dan hara : terjadi persaingan  dalam  mendapatkan ruanghidup     dan     hara,     seperti karbohidrat, Nitrogen, ZPT dan vitamin.
3. Antibiosis    :    terjadi    penghambatan atau  penghancuran  suatu  organism oleh      senyawa      metabolik      yang diproduksi     oleh     organisme     lain(Anonim 2009).

Pengendalian penyakit HDB yang diterapkan oleh BBPOPT Jatisari adalah dengan pemanfaatan bakteri antagonis. Bakteri antagonis tersebut adalah Corynebacterium. Efektifitas Corynebacterium sebagai bakteri antagonis terhadap penyakit HDB nampaknya cukup baik dan corynebacterium menunjukkan penghambatan pada pemunculan gejala awal, penyebaran maupun intensitas serangan (BBPOPT 2007).
Bakteri antagonis Corynebacterium yang di eksplorasi dari tanaman padi awalnya  diduga   mempunyai   pengaruh buruk, bahkan berperan sebagai bakteri patogen   pada   beberapa   jenis   sayurann (Tomat, Cabe Rawit, Sawi, Terong dan Mentimun), akan tetapi setelah diuji dengan  inokulasi  buatan  suntik,  siram dan  semprot  ternyata  tidak menyebabkan timbulnya penyakit pada tanaman.Hal ini membuktikan bahwa jenis bakteri ini aman diaplikasikan terhadap penyakit sasaran (Wibowo dalam Banjarnahor 2011).

3.2Pemanfaatan Corynebacterium dalam mengendalikan Hawar Daun Bakteri
Corynebacterium sp.   merupakan bakteri antagonis yang ditemukan pada daun padi di daerah Jatisari Karawang, bakteri ini berhasil diisolasi dan terbukti efektif dalam mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh cendawan dan bakteri, pada beberapa tanaman pangan serta  hortikultura  seperti  penyakit kresek pada padi serta penyakit layu dan bercak daun pada tanaman cabai serta kubis-kubisan. Biopestisida yang berbahan dasar Corynebacterium sp. dibuat formulasinya oleh Balai Besar Peramalan Organisme Penggangu Tumbuhan (BBPOPT) dan kelompok tani Patih  di  Subang  dalam  bentuk  cair dan diberi  nama  dagang  AntiKres  (BBPOPT,2007).
Beberapa hasil kajian dan pengalaman para petani di lapangan tentang penggunaan bakteri corynebacterium sebagai agens hayati dalam mengendalikan penyakit hawar daun bakteri (HDB) telah banyak dikemukakan.      Penelitian di rumah kaca   (MK   1998)   diketahui   bahwa Cornebacterium  dapat  menekan gejala Bacterial Red Stripe (BPS/Pseudomonas sp.) sebesar 52% dan terhadap HDB (BLB / Xanthomonas campestris pv oryzae sebesar  28%.       Corynebacterium efektif menekan laju infeksi HDB di lapang  (Purwakarta  MK  1999) sebesar 27%, dan secondary infection (penularan antar rumpun)dapat ditekan sebesar 84%.
Penelitian lapang di Cianjur pada MK 2011, diketahui bahwa aplikasi sebanyak 4 (empat)  kali,  yaitu  perendaman benih, penyemprotan umur 28 hst, 42 dan 56 hst dinilai merupakan waktu yang tepat untuk tujuan pengendalian penyakit HDB.
Dari 4 kali aplikasi Corynebacterium didapatkan hasil penyebaran penyakit paling rendah berkisar 0-10% dibanding tanpa perlakuan Corynebacterium, dimana penyebaran penyakit dapai mencapai 100%. Penelitian selanjutnya, 4 kali penyemprotan Corynebacterium yaitu di pesemaian, umur 14, 28 dan 42 hst menghasilkan penekanan terhadap hawar daun bakteri (HDB) yang serupa.   Penelitian lainnya tentang pemanfaatan Corynebacterium, penyemprotan Corynebacterium di lokasi   Bojong  Picung,   Cianjur  (MH 2001/2002)   menunjukkan penekanan kehilangan hasil yang signifikan.
Hasil penelitian tentang efektivitas Corynebacterium dalam mengendalikan penyakit hawar daun bakteri yang dilakukan oleh Manik, (2011), menunjukkan bahwa intensitas serangan Xanthomonas campestris py oryzae tertinggi pada perlakuan B0P0 (kontrol) dengan    intensitas    serangan    sebesar 6,36%, sedang intensitas serangan terendah   yaitu   pada   perlakuan   B2P2 (107   sel   bakteri    Corynebacterium/ml dengan  60  kg/ha  pupuk  (100  kg  KCl) yaitu sebesar 0,39%.    Produksi Padi tertinggi terdapat pada perlakuan B3P3 (108 sel bakteri  / ml dengan 90 kg/ha pupuk (150 kg KCl) yaitu sebesar 11,09 ton/ha dan produksi terendah terdapat pada perlakuan B0P0 (kontrol ) sebesar 6,85 ton/ha.
Hasil Penelitian lanjutan yang diamati    pada    perlakuan    konsentrasi Corynebacterium     terhadap     intensitas serangan Xanthomonas campestris pv oryzae ternyata, intesitas serangan paling rendah terlihat pada perlakuan Corynebacterium dengan konsentrasi 7,5 cc/liter air dengan intensitas serangan yaitu 37,23% dengan produksi hasil mencapai 8,92 ton/ha, sedangkan pada perlakuan kontrol (tidak menggunakan Corynebacterium) intensitas serangan mencapai 47,86% (Banjarnahor 2010).Selain Corybacterium dapat mengendalikan   penyakit   hawar   daun bakteri (HDB) banyak penelitian lainnya yang menunjukkan Corynebacterium sebagai agens hayati pengendali patogen. Penelitian yang dilakukan (Dahyar dan Ayu 2010), dalam penelitian ini menunjukkan  bahwa  dengan perendaman   benih   bakteri   antagonis Corynebacterium 5 cc/l sebelum tanam dan  penyemprotan  pada 14 hst, 28 hst dan 42 hst mampu menekan perkembangan penyakit blas, hal ini ditunjukkan dengan intensitas serangan yang rendah sehingga dengan demikian produksi  yang  diperoleh  masih  cukup baik (6,15 ton/ha)  dibanding perlakuan kontrol   yang  hanya  menghasilkan prduksi sebanyak 5,50 ton/ha.
Penggunaan bakteri Corynebacterium sebagai agens pengedali hayati juga dilakukan pada tanaman Krisan untuk mengendalikan penyakit Karat,  dari  hasil  penelitian  yang dilakukan  (Hanudin  et  al.  2010) diketahui bahwa dengan penambahan bakteri  Corynebacterium  pada konsentrasi 0,3% dapat menekan intensitas serangan Puccinia horiana sebanyak 38,49%, juga dapat mempertahakan  hasil  panen  bunga Krisan layak jual sebanyak 14,58%.  Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dipastikan bahwa bakteri Corynebacterium memiliki peluang untuk dikembangan sebagai agens pengendali hayati untuk pengendalian penyakit Hawar Daun Bakteri (Kresek).
Seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk menjaga lingkungan sehat, mendorong aplikasi teknologi yang ramah  lingkungan  bahkan  mengarah pada sistem usaha tani organik. Corynebacterium sangat cocok untuk mencegah  penyakit  layu  yang disebabkan oleh bakteri pada daun/ tanaman hortikutura, palawija maupun tanaman Padi Sawah (Anonim 2009).


IV.PENUTUP


4.1 Kesimpulan
Bakteri antagonis Corynebacterium sp mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai pengendali penyakit Hawar Daun Bakteri, sehingga penggunaan pestisida kimia dapat dikurangi dan memberikan keseimbangan   lingkungan   yang   lebih baik.


4.2 Saran
Dengan lebih mengetahui adanya potensi corynebacterium sebagai agen hayati pengendali tanaman dari padi dari penyakit hawar daun maka pengembangan hayati ini perlu untuk digalakan demi menjaga lingkungan pertanian tetap terjaga dengan baik.
 


DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 2009.     Bakteri Antagonis Corynebacterium. www.thl- Agrios, G.N., 1997.  

Plant Pathology Fift Edition.    Departemen of Plant Pathology. Universityn of Florida.

Banjarnahor,  M.R.,  2010.    Pengendalian Hayati. www.raflesmartohap.blogspot.comBPP     

Paiton,     2011. Pengendalian Penyakit             Hawar             Daun. www.bpppaiton.blogspot.com.

Badan Pusat Statistik, 2009.   Sulawesi Utara Dalam  Angka  2009  Badan Pusat Statistik, Manado.

Balai Pengendalian Tanaman Pangan dan Hortikultura  Jawa  Tengah,  2011. Corynebacterium. www.laboratoriumphpbanyumas.c om.

Balai Besar     Peramalan     Organisme Penggangu       Tumbuhan,       2007. Efektivitas       Bakteri       Antagonis Corynebacterium                 terhadap HDB/KRESEK.  Dahyar,    A.R.,    dan    Ayu,    K.P.,    2010.

Efektivitas Bakteri Antagonis Corynebacterium sp terhadap Penyakit Blas (Pyricularia grisea Sacc) Pada Tanaman Padi.


Hanudin,   W.N.,   Silvia,   E.,   Djatnika,   I., Marwoto,   B.,   2010.       Formulasi Biopestisida        Berbahan        Aktif Bacillus     subtilis,     Pseudomonas fluorescens,  dan  Corynebacterium Non              Patogenik              Untuk Mengendalikan     Penyakit     Karat Pada               Krisan. www.hortikultura.litbang.deptan.g


Manik C.A.,  Uji     Efektivitas Corynebacterium dan Dosis Pupuk K        terhadap    Serangan    Penyakit Kresek (Xanthomonas campestris pv oryzae) Pada Padi Sawah (Oriza sativa L) di Lapangan. www.repository.usu.ac.id.      Akses


Prakoso,   P.S.,   2011.Penyakit Hawar Daun PadaPadi. www.prokosoisme.blogspot.com.

Saranga,A.P.,      Fatahuddin,      Roswita,J.,
2010.  Kajian Tentang Pengetahuan dan      Tindakan      Petani      Dalam
Pengelolaan    Hama    Tikus    Pada
Pertanaman Padi di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.   Jurnal Fitomedika 7 (1) : Hal 37-45.

Triny,  S.K.,  Suryadi,  Y.,  Machmud,  M.,
2009.    Penyakit  Bakteri  Padi  dan Pengendaliannya. www.litbang.deptan.go.id.   





Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Tolong berikan komentar yang baik dan sopan serta jangan SPAM!