PRINSIP FERMENTASI PANGAN



PRINSIP FERMENTASI PANGAN


Sejak berabad yang lalu produk fermentasi berbasis hewani maupun nabati telah lama dikenal masyarakat luas. Pada awalnya pangan terfermentasi terjadi secara spontan. Namun kini cukup banyak beredar di pasaran pangan terfermentasi secara terkontrol sehingga dihasilkan produk yang lebih bermutu. Pada prinsipnya terdapat tiga kelompok mikroba yang berperan dalam proses fermentasi pangan yaitu bakteri, kapang atau khamir. Mikroba tersebut memerlukan zat-zat nutrisi dalam pertumbuhannya untuk sintesa komponen sel dan menghasilkan energi. Sebagai sumber energi diperlukan karbohidrat dan/atau protein kemudian dipecah oleh mikroba sehingga dihasilkan ATP (adenosin trifosfat) serta produk hasil metabolisme lainnya. Selain itu mikroba juga memerlukan beberapa faktor pertumbuhan yaitu :
1. asam amino, sebagai bagian dari protein.
2. vitamin, sebagai grup prostetik dari enzim.
3. purin dan pirimidin, sebagai bagian dari asam nukleat.
Keperluan mikroba akan nutrisi umumnya bervariasi, namun komposisi kimia sel mikroba menunjukkan keperluan mikroba akan nutrisi tersebut. Unsur C, O, N, H, P dan S menyusun sekitar 96% dari berat kering sel dimana unsur utamanya adalah unsur C sebanyak 50%, unsur O sebanyak 20 % dan unsur N sebanyak 14%. Selain itu diperlukan pula unsur mikro seperti K, Ca, Mg, Cl, Fe, Mn, Co, Cu, Zn dan Mo untuk pertumbuhan hamper semua mikroba.
Telah diketahui bahwa membran sitoplasma yang merupakan komponen sel memegang peranan dalam transpor zat nutrisi ke dalam sel. Fungsi membran sitoplasma dalam pengaturan transpor zat nutrisi yaitu :
1. Mempertahankan metabolit dan makromolekul di dalam sel.
2. Memompa zat nutrisi ke dalam sel melawan gradien konsentrasi.
3. Mengatur zat nutrisi tertentu agar dapat menembus membran sitoplasma dengan bebas.
4. Menghambat masuknya komponen lain yang tidak diperlukan ke dalam sel.
Kelompok mikroba yang mampu memfermentasi nutrisi yang terdapat dalam bahan pangan akan mengubah sebagian atau seluruh komponen pangan tersebut menjadi produk hasil fermentasi misalnya asam laktat, etanol, CO2 ataupun asam-asam organik lain. Selanjutnya adanya interaksi antara produk hasil fermentasi tersebut dengan komponen lain dalam pangan akan menghasilkan suatu produk dengan karakteristik yang spesifik yang memang diinginkan oleh konsumen.
Mikroba yang berperan dalam proses fermentasi dapat berasal dari satu jenis mikroba (sebagai kultur tunggal) atau lebih dari satu jenis mikroba (sebagai kultur campuran). Jika proses fermentasi pangan terjadi secara spontan maka jenis dan jumlah mikroba yang berperan dalam fermentasi tersebut tentunya tidak terkontrol, namun tergantung dari jenis bahan baku serta kondisi-kondisi lingkungan selama proses fermentasi berlangsung. Sedangkan jika dilakukan fermentasi secara terkontrol maka diperlukan inokulum (starter) dimana jenis dan jumlah mikroba yang berperan dalam proses fermentasi lebih selektif sehingga mutu produk fermentasi yang dihasilkan relatif lebih terjamin.
Dalam proses fermentasi terkontrol, maka diperlukan inokulum dalam kondisi fase pertumbuhan eksponensial yang akan diinokulasikan ke dalam bahan pangan. Tergantung dari produk fermentasi yang diinginkan maka inokulum yang digunakan tersebut dapat sebagai kultur tunggal (hanya satu jenis mikroba) atau kultur campuran. Dengan demikian diperlukan pemilihan jenis dan/atau galur mikroba secara tepat sehingga akan diperoleh jenis (atau bahkan galur) mikroba yang potensial untuk menghasilkan produk-produk metabolisme yang diinginkan. Selanjutnya mikroba terpilih tersebut dikembangkan dalam skala produksi komersial sebagai inokulum. Jika inokulum diproduksi dalam skala besar oleh suatu industri, biasanya inokulum tersebut diproduksi dalam wujud bubuk kering-beku (freeze-dried powder) sehingga memudahkan dalam penanganan dan distribusinya.
Beberapa karakteristik yang diperlukan dalam pemilihan galur tertentu yang digunakan sebagai inokulum adalah :
1. pertumbuhannya cepat yaitu cepat memperbanyak diri sehingga tercapai jumlah optimum sel vegetatif atau bahkan untuk kapang diperlukan pula sporanya.
2. tidak terkontaminasi oleh mikroba lain
3. dalam waktu relatif singkat (beberapa hari) mampu menghasilkan produk metabolit yang diinginkan
4. jika perlu maka dapat dilakukan mutasi namun gennya relatif stabil
5. penanganannya relatif mudah
6. dapat diawetkan.
Medium yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa medium padat (misalnya kedelai yang digunakan untuk pembuatan tempe) ataupun medium cair (misalnya susu untuk pembuatan yoghurt). Beberapa persyaratan dalam pemilihan medium sebagai bahan baku dalam proses fermentasi adalah :
1. penanganannya mudah
2. kondisi relatif stabil selama penyimpanan
3. harga terjangkau.
A. PRINSIP DASAR PROSES FERMENTASI
Proses metabolisme meliputi semua reaksi kimia dan biologi yang terjadi di dalam sel mikroba. Terdapat dua proses metabolisme mikroba yaitu :
1. Proses katabolisme dimana terjadi pembentukan energi.
2. Proses anabolisme dimana diperlukan energi.
Oleh sebab itu terjadi dua proses utama di dalam sel mikroba yaitu :
1. Produksi energi dari berbagai substrat yang tersedia.
2. Pembentukan komponen intermediat yang diperlukan untuk produksi biokimia dan komponen sel lainnya.
Karbohidrat merupakan komponen utama yang dipecah dalam proses fermentasi. Sebelum proses fermentasi maka polisakarida atau karbohidrat tersebut terlebih dahulu akan dipecah menjadi gula sederhana, misalnya hidrolisis pati menjadi unit-unit glukosa. Selanjutnya glukosa akan dipecah menjadi senyawa-senyawa lain tergantung dari jenis fermentasinya.
Pada prinsipnya fermentasi glukosa terdiri dari dua tahap yaitu :
1. Pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelapasan minimal dua pasang atom hidrogen, menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi daripada glokosa.
2. Senyawa yang teroksidasi tesebut direduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan pada tahap pertama, membentuk senyawa-senyawa lain sebagai hasil fermentasi.
Reaksi oksidasi tidak dapat berlangsung tanpa reaksi reduksi yang seimbang. Oleh sebab itu jumlah atom hidrogen yang dilepaskan pada tahap pertama fermentasi selalu seimbang dengan jumlah atom hidrogen yang digunakan dalam tahap kedua.
Pada tahap pertama fermentasi glukosa selalu terbentuk asam piruvat. Terdapat empat jalur pemecahan glukosa menjadi asam piruvat yaitu :
1. Jalur Embden-Meyerhof-Parnas (EMP) atau dikenal sebagai glikolisis; ditemukan fungi dan kebanyakan bakteri, serta pada hewan dan manusia.
2. Jalur Entner-Doudoroff (ED), ditemukan pada beberapa bakteri.
3. Jalur hexamonophosphate (HMP) yang ditemukan pada berbagai organisme.
4. Jalur fosfoketolase yang hanya ditemukan pada beberapa bakteri yang tergolong laktobasili heterofermentatif.
Jalur Embden-Meyerhof-Parnas (EMP) terdiri dari beberapa tahap yang masing-masing dikatalis oleh enzim tertentu. Jalur tersebut ditandai dengan pembentukan fruktosa difosfat, dilanjutkan dengan pemecahan fruktosa difosfat menjadi dua molekul gliseraldehida fosfat. Reaksi ini dikatalis oleh enzim aldolase. Selanjutnya terjadi reaksi dehidrogenasi gliseraldehida fosfat (fosfogliseraldehida) yang merupakan reaksi oksidasi yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Reaksi tersebut dikatalis oleh enzim gliseraldehida fosfat dehidrogenase. Atom hidrogen yang terlepas akan ditangkap oleh nikotinamida-adenin-dinukleotida (NAD) membentuk NADH2. Proses fermentasi dapat berlangsung terus bila NADH2 dapat dioksidasi kembali pada tahap kedua fermentasi sehingga melepaskan atom hidrogen kembali. Dengan demikian NAD berfungsi sebagai pembawa hidrogen dalam proses fermentasi.
Energi yang dilepas selama oksidasi gliseraldehida fosfat cukup untuk membentuk dua molekul ATP. Diketahui bahwa satu melekul glukoda menghasilkan dua molekul gliseraldehida fosfat maka secara keseluruhannya akan terbentuk empat molekul ATP. Namun karena dua molekul ATP diperlukan untuk mengubah glukosa menjadi fruktosa difosfat maka untuk setiap molekul glukosa yang dipecah hanya tinggal dua molekul ATP yang digunakan untuk pertumbuhan.
Pada jalur Entner Doudoroff (ED) terbentuk suatu komponen intermediat yaitu 2-keto-3-deoksi-6-fosfoglukonat. Komponen tersebut akan dipecah menjadi dua triosa (dikatalis oleh aldolase) yaitu piruvat dan gliseraldehida-3-fosfat. Kmponen yang terakhir ini kemudian dapat masuk ke dalam jalur EMP membentuk molekul piruvat yang kedua dengan melepaskan dua molekul ATP dan/atau molekul NADH+H+.
Jalur heksamonofosfat penting dalam metabolisme mikroba untuk menghasilkan pentosa yang diperlukan untuk sintesis asam nukleat, beberapa asam amino aromatik dan vitamin, serta sebagai sumber NADPH+H+ yang diperlukan untuk reaksi biosintesis.
Jalur fosfoketolase hanya terjadi pada bakteri golongan laktobasili heterofermentatif. Jalur ini merupakan percabangan dari jalur heksamonofosfat karena bakteri golongan laktobasili heterofermentatif tidak mempunyai enzim aldolase yang dapat memecah fruktosa 1,6-difosfat menjadi dua triosa fosfat, serta tidak mempunyai enzim transaldolase dan transketolase yang penting dalam jalur heksamonofosfat. Pada tahap kedua fermentasi maka piruvat akan diubah menjadi produk-produk akhir yang spesifik untuk berbagai proses fermentasi dengan memakai atom hidrogen yang diproduksi pada tahap pertama fermentasi. Produk-produk tersebut terbentuk oleh reksi-reksi yang dikatalis oleh enzim-enzim terentu. Sebagai salah satu contoh adalah khamir memfermentasi glukosa melalui jalur EMP menghasilkan alkohol. Jenis bakteri asam laktat secara rinci tercantum dalam Tabel 3.1.

Pada grup bakteri asam laktat maka asam piruvat yang terbentuk dari jalur glikolisis (jalur EMP) bertindak sebagai penerima hidrogen, dimana reduksi asam piruvat oleh NADH2 akan menghasilkan asam laktat. Fermentasi tersebut tergolong fermentasi homolaktat karena satu-satunya produk fermentasi adalah asam laktat; dan bakteri yang melakukan fermentasi demikian disebut bakteri asam laktat homofermentatif. Bakteri tersebut sering dimanfaatkan dalam pengawetan pangan karena kemampuannya memproduksi asam laktat dalam jumlah tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba lainnya yang menyebabkan kerusakan atau kebusukan pangan.
Golongan bakteri asam laktat lainnya disebut bakteri asam laktat heterofermentatif karena selain kemampuannya menghasilkan asam laktat juga mampu memproduksi senyawa-senyawa lain misalnya asetat atau CO2.
B. JENIS MIKROBA DAN PRODUK HASIL FERMENTASINYA
Fermentasi Susu
Bakteri asam laktat (BAL), baik yang tergolong BAL homofermentatif maupun heterofermentatif banyak dimanfaatkan untuk proses fermentasi susu. Golongan bakteri ini memecah laktosa yang terdapat pada susu sehingga terbentuk asam laktat. Adanya akumulasi asam laktat pada susu menyebabkan nilai pH susu menurun. Jika nilai pH mencapai 4,6 (merupakan titik isoelektrik) maka terjadi koagulasi protein susu sehingga terbentuk curd.
Pada proses pembuatan keju diperlukan enzim chymosin/rennet yang berperan menghasilkan kalsium fosfat parakaseinat dari kasein. Proses tersebut dilakukan pada suhu 30oC selama sekitar 30 menit. Jika diperlukan mka dilakukan proses fermentasi lanjutan yaitu pemeraman keju pada suhu rendah (4,4-7oC) selama 12 bulan agar dihasilkan keju dengan aroma dan rasa yang spesifik.
Fermentasi Daging
Mikroba yang berperan dalam fermentasi daging umumnya mikroba yang tahan pada kondisi kadar garam agak tinggi yaitu mikroba yang masih mampu tumbuh pada kadar garam 2-4%. Salami merupakan salah satu contoh produk fermentasi daging. Beberapa jenis mikroba yang berperan dalam fermentasi daging yaitu Pediococcus cerevisiae, P Acidilactisi, P. pentosaceus, ataupun Lactobacillus plantarum.
Fermentasi Sayuran dan Buah
Fermentasi sayuran umumnya dilakukan dalam larutan garam (sekitar 2,5% garam) dan fermentasi berlangsung secara spontan yaitu dengan memanfaatkan mikroba-mikroba yang telah ada pada sayuran sebagai bahan baku produk. Dan pikel. Hasil fermentasi sayuran yang cukup terkenal antara lain sauerkrautBeberapa jenis bakteri yang berperan dalam fermentasi sayuran antara lain Lactobacillus mesenteroides, L. brevis dan Pediococcus cerevisiae.
Produk fermentasi berbasis buah-buahan antara lain cider, wine, vinegar ataupun nata. Jenis mikroba yang berperan dalam fermentasi buah-buahan tentunya berbeda tergantung dari tipe produk akhir yang diinginkan. Khamir berperan dalam proses pembuatan wine, namun produk cider dan vinegar dihasilkan oleh peranan khamir maupun bakteri asetat, sedangkan nata merupakan produk fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum.
Fermentasi Serealia
Bir merupakan minuman hasil fermentasi yang mengandung etanol sekitar 4%. Bahan baku untuk pembuatan bir adalah malt barley dan hops. Adanya enzim amilolitik pada malt akan mengkatalisis pemecahan karbohidrat pada malt sehingga dihasilkan gula sederhana.
Selanjutnya gula sederhana tersebut difermentasi oleh khamir S. cerevisiae sehingga dihasilkan etanol.
Produk lain yang memanfaatkan khamir dalam proses fermentasinya adalah roti. Khamir S. cerevisiae dan/atau Candida krusei menghasilkan gas CO2 yang mengakibatkan pengembangan roti. Sedangkan tape dan brem yang berbahan baku beras ketan atau singkong merupakan produk hasil fermentasi oleh kapang amilolitik dan khamir.
Beberapa jenis pangan terfermentasi berbahan baku kedelai yang memanfaatkan kultur tunggal adalah tempe yaitu hanya kapang (Rhizopus oligosporus dan/atau R. oryzae) yang diharapkan berperan dalam proses fermentasi. Jenis pangan terfermentasi lainnya adalah oncom hitam dan oncom merah. Oncom hitam berbahan baku bungkil kacang tanah yang difermentasi oleh Rhizopus oligosporus dan/atau R. oryzae, sedangkan oncom merah umumnya menggunakan ampas tahu sebagai bahan bakunya yang selanjutnya difermentasi oleh Neurospora sitophila.
Sebaliknya pada kecap atau tauco terdiri dari dua tahapan fermentasi yaitu fermentasi kapang dan fermentasi dalam larutan garam sehingga tentunya terdapat lebih dari satu jenis mikroba yang berperan selama proses fermentasinya. R. oligosporus, A. oryzae dan R. oryzae berperan pada awal fermentasi (dikenal sebagai fermentasi kapang), selanjutnya jika kedelai yang telah berkapang kemudian direndam dalam larutan garam, maka yang dominan tumbuh adalah bakteri asam laktat dan khamir halofilik. Beberapa jenis mikroba yang tumbuh selama fermentasi garam dalam pembuatan kecap/tauco adalah L. delbrueckii, Hansenula sp, dan Zygosaccharomyces.
Fermentasi Ikan
Peda, terasi/bekasam dan kecap ikan merupakan contoh produk fermentasi dengan bahan baku ikan atau hasil perikanan lainnya.
Umumnya yang berperan dalam fermentasi ikan tersebut adalah golongan bakteri asam laktat.



Thank's to Visit ^_^

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Tolong berikan komentar yang baik dan sopan serta jangan SPAM!